Gejala serangan stroke perlu dikenali
agar penderita mendapat pertolongan medis secepat mungkin. Simak strategi
menghindari stroke. Jangan sampai Anda atau keluarga Anda menjadi korban
berikutnya. Pastinya tak seorang pun berharap mendapat serangan stroke. Stroke
dapat menyerang siapa pun tua atau muda, lelaki maupun perempuan, kalangan atas
atau bawah, kulit putih maupun berwarna.
Di
Amerika stroke merupakan salah satu tiga besar penyebab kematian. Demikian kata
Richard Lee, MD, ahli bedah dan Direktur Center for Atrial Fibrillation di
North-western School of Medicine, Chicago. Dan setiap tahun stroke membunuh
lebih dari 160.000 orang. Menurut laporan WHO, di dunia stroke merupakan
pembunuh nomor 3 setelah penyakit jantung dan kanker.
Bagaimana
di Indonesia? Menurut Dr H. Samino, SFs (K), dokter spesialis saraf yang juga
Ketua Asosiasi Alzheimer Indonesia, di Indonesia memang belum ada studi yang
menyeluruh tentang stroke, yang ada studi-studi di rumah sakit. Tetapi menurut
pengalaman Dr Samino ketika bekerja di RSCM, stroke merupakan pembunuh nomor 1
dalam kasus-kasus neurologi/saraf.
Sedangkan
Dr Djoko Maryono, DSPD, DSPJ, FASE, ahli penyakit dalam dan kardiologi di RS
Pertamina Pusat Jakarta, menyatakan bahwa stroke merupakan pembunuh nomor 2
tetapi tingkat kecacatannya paling berat dibanding penyakit-penyakit lain.
Mengapa?
Karena stroke disebabkan gangguan aliran darah di otak. Menanggulangi gangguuan
pembuluh darah di otak sungguh sulit. “Pembuluh darah di otak lebih rumit di
banding pembuluh darah di bagian tubuh lain,” kata Dr Djoko, berbeda dengan
pembuluh darah jantung yang bisa dipasangi balon, ring, atau di-bypass.
Kasus
stroke di Imdonesia, menurut data yang dirilis Yayasan Stroke Indonesia
(kompas.com) menunjukkan kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun 1990-an sebuah penelitian menunjukkan kasus stroke mencapai 3,98%
dari seluruh penduduk. Diperkirakan 500.000 penduduk mendapat serangan stroke
dan 125.000 diantaranya meninggal atau cacat seumur hidup.
Setelah
tahun 2000 kasus stroke ternyata terus melonjak. Pada 2004 hasil penelitian di
beberapa rumah sakit menemukan pasien rawat inap karena stroke berjumlah 23.636
orang. Sedangkan yang rawat jalan atau tidak dibawa ke rumah sakit (karena
tidak mampu atau jarak ke rumah sakit sangat jauh) jauh lebih besar. Fakta bahwa
kasus stroke terus meningkat juga telah diungkapkan dalam sebuah konferensi
stroke internasional di Wina, Austria, belum lama ini. Salah satu masalah yang
mengemuka dalam konferensi ini adalah fakta bahwa kasus stroke semakin merebak
di kawasan Asia akibat berubahnya gaya hidup masyarakt.
Meskipun
begitu ganasnya stroke, namun stroke berpenampilan low profile diantara
pembunuh-pembunuh utama lainnya (seperti jantung, kanker), sehingga sering
terabaikan. Hal ini disebabkan stroke bergerak diam-diam tanpa ‘ribut’ karena
tidak menimbulkan gejala yang jelas (kadang cuma kesemutan) atau mirip gejala
penyakit lain, sampai terjadi serangan yang benar-benar fatal.
Banyak
kondisi penyebab stroke, tetapi awalnya ialah dari pengerasan arteri yang
disebut arteriosklerosis. Demikian kata Virgil Btown, MD, pimpinan American
Heart Association yang juga guru besar ilmu kedokteran di Emory University,
Atlanta. Arteriosklerosis merupakan akibat gaya hidup modern yang penuh stress,
pola makan tinggi lemak, dan kurang berolahraga. Ketiga faktor penyebab
tersebut sebenarnya bisa dikendalikan.
Hentikan
sebelum stroke menyerang hampir 80% stroke bisa dicegah, demikian hasil
penelitian The National Stroke Association. Tentu saja ada pengecualiannya,
yaitu Jika dalam keluarga ada beberapa orang yang kena stroke, maka ini
merupakan faktor resiko berupa garis keturunan. Ada pula faktor cacat bawaan
yang sering lolos dari pengamatan dokter. Untuk faktor yang ini Anda punya
risiko tinggi mendapat serangan stroke.
Selain
itu ada faktor lain yang kemungkinan meningkatkan resiko stroke, yaitu rematoid
arthritis dan RLS (restless legs syndrome). Pertemuan tahun 2007 yang diadakan
oleh American College of Rheumatology melaporkan 67% penderita rheumatoid
arthritis mempunyai resiko terkena stroke lebih besar disbanding populasi umum.
Kemungkinan besar disebabkan radang sendi yang diderita penderita rheumatoid
arthritis.
Suatu
studi di Harvard yang dipiblikasi pada Januari 2008 dalam majalah Neurology
menyatakan adanya hubungan antara RLS dan stroke dan penyakit jantung. RLS
adalah penyakit yang menimbulkan rasa lelah luar biasa (sindrom) pada kaki
justru saat penderitanya sedang tidur atau istirahat. Penelitian menunjukkan
bahwa penderita RLS beresiko dua kali lipat kena serangan stroke atau serangan
jantung. Meskipun hal itu merupakan faktor resiko yang tidak dapat diubah,
namun banyak faktor resiko lain yang dapat dikendalikan.
Cara Pengobatan Stroke
dengan Kulit Manggis:
Minum seduhan kulit manggis dipagi hari
satu gelas sebelum makan, siang satu gelas sebelum makan, dan malam satu gelas
menjelang tidur. Olahraga secara teratur dan konsumsi lebih banyak buah dan
sayur, hindari makan daging yang panas, hindari semua jenis gorengan, hindari
susu, dan hindari rokok dan alkohol. Selalu berpikir optimis dan hindari
berprasangka negatif.
0 komentar:
Posting Komentar